SEJARAH AMERIKA “REKONTRUKSI NEGARA-NEGARA SELATAN PASCA PERANG SAUDARA”



I.1. LATAR BELAKANG

            Perang saudara merupakan perang yang cukup memilukan bagi Bangsa Amerika perang yang hanya berlangsung lebih kurang 4 tahun tersebut telah membuat amerika porak poranda baik dari segi ekonomi maupun dari segi persatuan bangsa, sehingga Amerika memerlukan waktu utuk memperbaiki semua itu agar menjadi pulih kembali.

Pasca perang saudara (1861-1865), diharapkan pemerintah Amerika Serikat dapat memperbaiki kehidupan masyarakatnya, khususnya yang berada di wilayah selatan yang mengalami masa keterpurukan sebagai dampak Perang Saudara antara pihak selatan dengan pihak utara yang berlangsung selama 5 tahun 1861-1865. Setelah perang saudara, banyak perubahan yang terjadi di selatan Amerika baik dari segi pemerintahan, perkebunan dan industri.

Masa rekontruksi di Amerika Serikat wilayah selatan (1865-1877) adalah masa penataan kembali masyarakat Amerika Serikat di wilayah selatan yang dimulai sejak 1865 dan diakhiri pada 1877. Hal ini dilakukannya setelah Amerika Serikat mengalami masa kehancuran sebagai akibat The Civil War (Perang Saudara) yang berlangsung selama 4 tahun (1861-1865). Di dalam lembaran sejarah Amerika Serikat, masa pembangunan kembali yang terjadi antara 1865-1876 dikenal sebagai masa rekontruksi.

 

I.2. RUMUSAN MASALAH

1.      Bagaimana situasi negara-negara selatan pasca perang saudara ?

2.      Apa rekontruksi yang dilakukan oleh abraham lincoln ?

3.      Apa rekontrusi yang dilakukan oleh golongan radikal ?

4.      Bagaimana akhir dari rekontruksi ?

 

I.3 TUJUAN

1.      Mengetahui situasi negara-negara selatan pasca perang saudara

2.      Mengetahui rekontruksi yang dilakukan oleh abraham lincoln

3.      Mengetahui rekontruksi yang dilakukan oleh golongan radikal

4.      Mengetahui akhir dari rekontruksi

 


II.1. Situasi Negara-Negara Selatan Pasca Perang Saudara

            Dampak dari perang saudara sangat besar, adapun dampak-dampak nya yaitu :

·         AS tetap merupakan satu kesatuan Memungkinkan AS berkembang menjadi world power Dengan dihancurkannya perbudakan menunjukkan bahwa AS mampu mempertahankan prinsip demokrasi Setelah perang saudara kondisi negara-negara di selatan mengalami Kerusakan fisik sangat besar,masyarakat Kulit putih di selatan kehilangan sistem perkebunannya ,Master kehilangan investnya dalam perbudakan India dan Mesir menjadi pasar baru untuk kapas selama perang Selatan menjadi daerah yang miskin.

Masa rekontruksi di Amerika Serikat wilayah selatan (1865-1876) adalah masa penataan kembali masyarakat Amerika Serikat di wilayah selatan yang dimulai sejak 1865 dan diakhiri pada 1876. Hal ini dilakukannya setelah Amerika Serikat mengalami masa kehancuran sebagai akibat The Civil War (Perang Saudara) yang berlangsung selama 4 tahun (1861-1865). Di dalam lembaran sejarah Amerika Serikat, masa pembangunan kembali yang terjadi antara 1865-1876 dikenal sebagai masa rekontruksi.

1.      Bidang Pemerintahan

Dampak Perang Saudara 1861-1865 yang terjadi di wilayah selatan telah menjawab dua permasalahan. Yang pertama adalah orang-orang kulit hitam yang di anggap sebagai barang bergerak (chattel) di dalam institusi perbudakan dapat di merdekakan. Yang kedua adalah penaklukkan konfederasi dan megendalikan supremasi pemeritah federal.

Orang-orang di wilayah selatan beranggapan bahwa yang menjadi persoalan utama adalah masalah sosial dan ekonomi, namun ternyata ada permasalahan yang tidak bisa dipungkiri yaitu menegakkan supremasi politik kaum republik.Kebijakan partai republic adalah mencegah negara-negara bagian selatan kembalai ke dalam union dibawah control kaum democrat.

Untuk mencegah hal tersebut maka banyak orang-orang kulit putih di selatan dicabut hak politiknya dan orang-orang kulit hitam diberi hak politik.Dipenghujung masa rekonsiliasi dengan negara-negara bagian di selatan yang kalah dalam perang saudara, presiden Abraham Lincoln mati dibunuh oleh penembak gelap yaitu John Wilkes Booth.

 

2.      Perkebunan

Paska perang saudara antara Utara dan Selatan menimbulkan persoalan pokok yang dihadapi pihak pemerintah AS, yakni bagaimana memulihkan kesatuan nasional yang telah tercerai- berai akibat suatu peperangan dan segera dilakukan rekontruksi untuk perbaikan masyarakat diwilayah selatan yang sangat terpuruk akibat kekalahan perang. Jalan keluar persoalan ini yakni bgaimana cara pendekatan baru yang (efisien dan efektif) bagi pemerintah Amerika Serikat guna merengkotruksi wilayah selatan yang kondisi masyarakatnya terpuruk akibat kekalahan perang tersebut. Dalam keadaaan tersebut ada beberapa anggapan tentang permasalahan yang dialami oleh pihak selatan. Anggapa tersebut ada yang bersikap kasar seperti wilayah selatan sebagai pihak pemberontak memang sudah sepatutnya diberi hukuman yang setimpal. Tapi ada yang beranggapan permisif dan lunak serta ikhlas dalam menanggapi serta melakukan rekontruksi.

 

3.      Industri

Setelah terjadinya perang saudara pada tahun 1865, membuat imigrasi bertambah banyak. Kota- kota besar timbul akibat imigrasi tersebut. Perindustrian menjadi maju dan meluas, yang mendapat doronagn oleh pendapatan-pendapatan baru dan meningkatya jumlah penduduk. Orang menggali arang batu dan menghasilkan baja untuk memberi tenaga bahan bagi perindustrian yang makin besar. Minyak di pompa dari dalam tanah bermiliun-miliun barrel banyaknya dan jalan kereta api aktif kemana-mana melintasi benua dan menghubungkan kedua pantai. Tenaga listrik dipergunakan untuk penerangan, menjalankan mesin-mesin dan perhubungan langsung,

Pasca perang saudara (1861-1865), diharapkan pemerintah Amerika Serikat dapat memperbaiki kehidupan masyarakatnya, khususnya yang berada di wilayah selatan yang mengalami masa keterpurukan sebagai dampak Perang Saudara antara pihak selatan dengan pihak utara yang berlangsung selama 5 tahun 1861-1865.

 

II.2. Rekontruksi oleh Abraham Linclon

            Sebelum terjadinya perang saudara di Amerika tahun 1860an persoalan yang sangat mendasar adalah masalah perbudakan. Kondisi perbudakan ini semakin memperburuk keadaan antara amerika bagian utara dan bagian selatan termasuk dalam masalah perekonomian. Secara ekonomi yang paling banyak mengalami kerugian adalah pihak selatan, karena banyaknya perkebunan yang hancur akibat perang. Selanjutnya antara amerika utara dan amerika selatan telah terlibat dalam permasalahan perbedaan paham mengenai perbudakan.

Abraham Linclon adalah presiden amerika serikat yang ke-16.  Abraham Linclon adalah orang yang sangat menentang adanya perbudakan. Abraham Linclon menganggap perbudakan sebagai kejahatan. Ia menyatakan bahwa semua perundang-undangan nasional harus harus dilakukan dalam kerangka prinsip kedaulatan bahwa perbudakan harus dibatasi dan dihapuskan. Sebagai penentang perbudakan dia memenangkan pencalonan presiden amerika serikat kemudian terpilih sebagai presden. Abraham Linclon mengusulkan rencana yang secara bertahap akan menghapus perbudakan di amerika serikat.

Masa pemerintahannya Abraham Linclon mengeluarkan dekrit yang memerintahkan penghapusan perbudakan melalui proclamation of emancipation pada tahun 1863, dan menambahkan pasal ketiga belas kedalam UUD amerika serikat pada tahun 1865.  Dan pada tanggal 1 januari 1863 presiden linclon mengeluarkan suatu proglamasi emansipasi yang membebaskan budak-budak dnegara bagianpemberontak dan mengajak mereka untuk bergbung dengan pasukan bersenjata dari utara. Peran yang dilakukan oleh Abraham Linclon atau rekonstruksi yang dilakukannya sangatlah besar dalam memberikan perlindungan terhadap para budak.

Bagi daerah Utara peperangan telah menghasilkan pahlawan yang lebih agung dalam diri Abraham Lincoln seorang yang berhasyrat menyatukan kembali Uni, bukan dengan kekerasan dan penindasan, melainkan dengan kehangatan dan keramahan. Proses rekonstruksi pada dasarnya telah dicanangkan sebelumnya oleh Abraham Lincoln sebelum perang saudara berakhir. Rekonstruksi yang telah dipersiapkan itu merupakan rekonstruksi dalam bidang politik berkaitan dengan penggabungan negara bagian Selatan yang telah memisahkan diri dari Uni. Sistem perbudakan yang menyiksa kehidupan orang-orang kulit hitam di Amerika bisa terhapuskan setelah adanya masa rekonstruksi.

Semangat Abraham Lincoln yang tak kunjung padam dalam melaksanakan proses rekonstruksi ini terpaksa terhenti dikarenakan maut telah lebih dulu menjemputnya. Maka dari itu, proses rekonstruksi dalam bidang ekonomi, sosial, dan budaya dilanjutkan oleh wakilnya Andrew Johnson. Setelah perang saudara berakhir pemerintah Amerika Serikat disibukan dengan masalah-masalah di negara bagian Selatan. Kebijakan Abraham Lincoln dalam upayanya menghapuskan perbudakan di Amerika Serikat meninggalkan sejumlah dampak. Maka dari itu, pemerintah Union mempunyai tanggung jawab besar terhadap penyelesaian masalah-masalah tersebut khususnya yang berkaitan dengan masalah politik, ekonomi, sosial, dan budaya.

II.3. Rekontruksi oleh Golongan Radikal

Kelompok ini menentang sikap Lincoln yang yang membebaskan perbudakan dengan memberikan konpensasi kepada para pemilik budak. Kelompok Radikal menginginkan abolisi tanpa adanya konpensasi. Setelah Lincoln terbunuh, Johnson mengubah politik Rekonstruksi bukan semata-mata untuk "memperbaiki sikap" kelompok radikal melainkan memperbaiki tatanan sosial ekonomi dan politik di seluruh negeri yang tidak lagi mengakui perbudakan. Setelah program Rekonstruksi, seluruh perbudakan dibebaskan dan hak negara bagian untuk memisahkan diri dari Union dihapuskan. Negara-negara bagian Utara dapat mengontrol ekspansi ke arah Barat dan industrialisasi di kawasan itu dapat dilaksanakan tanpa adanya tantangan dari negara-negara Selatan Namun demikian, kelompok Republikan Radikal masih menuntut agar program rekonstruksi tersebut meliputi semua aspek kehidupan sosial, konomi dan politik di negara-negara Selatan. untuk menjaminnya tertanamnya nilai-nilai Utara di seluruh negeri.

Kelompok Republikan Radikal juga menghendaki agar kelompok aristokrat yang bergerak di sektor perkebunan di negara-negara Selatan dihapuskan dengan cara membebaskan para buruh serta mengakui budak negro sebagai warga negara (citizen). Sedangkan Presiden Johnson yang tidak suka dengan orang-orang kulit hitam tidak percaya bahwa orang-orang negro dapat menjadi warga negara yang baik dan bertanggungjawab serta bisa sejajar dengan warga kulit putih. Bahkan dia menganjurkan kepada negara-negara Selatan untuk tidak meratifikasi Amandemen Empatbelas yang dikeluarkan oleh Kelompok Republikan Radikal yang berisi antara lain bahwa "semua orang yang lahir dan bernaturalisasi di Amerika Serikat adalah warga negra Ameriku Serikat dan Negra Bagian dimana mereka tinggal". Kelompok Republikan Radikal yang memperoleh suara mayoritas dalam Kongres tahun 1866 dapat membatalkan veto Presiden Johnson terhadap Civil Right Act dan Freetbnen 's Bureau Act yang antara lain mengakui hak-hak warga kulit hitam sebagai warga negara.

Pada tanggal 2 Maret 1867 Partai Republikan yang telah menguasai dua pertiga kanggotaan Senat dan House of Representative dapat mengeluarkan Reconstruction Act yang antara lain berisi penghapusan negara-negra bagian dalam Konfederasi, kecuali Tennessee, dan membagi kesepuluh negara bagian tersebut kedalam lima distrik militer yang masing-masing berada dibawah pengawasan seorang Jenderal militer. Jenderal tersebut beratanggungjawab terhadap diberikannya hak suara kulit putih dan kulit hitam, dihapuskannya pemerintahan Konfederasi dan dibentuknya konstitusi baru negara bagian. Para Jenderal di lima distrik militer juga bertanggungjawab terhadap terselenggaranya ratifikasi Amandemen Empaibelas dan bergabungnya kembali negara-negara bagian tersebut ke dalam Union. Pada bulan Juni 1868 Arkansas bergabung dengan Union disusul dengan negara-negara bagian lainnya dan diakhiri dengan Georgia tahun 1870. Sedangkan Tennessee sudah meratifikasi amandemen tersebut setelah pemerintahan negara bagian tersebut berada di bawah kontrol Partai Republikan.

Dengan demikian, program rekonstruksi lebih banyak dilakukan oleh parlemen AS yang dikuasai oleh Partai Republikan, menunjukkan berkuasanya Pemerintahan Parlementer. Setelah tidak mampu mempengaruhi partai ini, Presiden Johnson mencoba menunjukkan kekuasaannya dengan cara memecat Menteri Perang, Edwin M. Stanson. House of Representative, yang didominasi oleh Partai Republikan, segera menentang kebijaksanaan Johnson dengan impeachment (dakwaan) bahwa Johnson bersalah dan oleh karena itu dia harus dihentikan dari jabatannya sebagai presiden. Impeachement^ yang hampir sama dilakukan oleh Senate terhadap Presiden Bill Clinton karena pelecehan seksual terhadap mantan pekerja Gedung Putih Monica Lewinsky tahun 1998, telah mengakhiri karier Presiden Johnson yang tidak reformis dengan tuntutan warga AS yang menghendaki ditegakkannya equality terhadap semua kelompok etnis. S

elama program rekonstruksi (1865-1877) negara-negara bagian Selatan yang ditaldukkan harus menyesuaikan diri dengan tertib sosial ekonomi baru. Selama program rekonstruksi, Senate masih memperdebatkan mengenai status sosial politik orang-orang negro di negara-negara Selatan. Bagi mantan budak, program rekonstruksi memberikan mereka kesempatan untuk menikmati kebebasan dan kemerdekaan. Sebaliknya, mantan pemilik budak di negara-negara Selatan masih belum menerima konsep equality dengan para budak. Sedangkan sebagian -warga Utara tidak menunjukkan sikap yang tegas apakah akan mengakui hak warga negro atau menentangnya. Sikap ambivalensi tersebut menyulitkan diterimanya warga negro sejajar dengan warga kulit putih. Dalam pengertian yang praktis, rekonstruksi berarti bergabungnya kembali angota keluarga budak yang terpecah-pecah sebelum meletusnya perang sipil.

Sebagai salah satu keberhasilan rekonstruksi adalah tampilnya warga kulit hitam sebagai anggota parlemen. Namun demikian walaupun di negara-negara bagian yang mayorits penduduknya warga kulit hitam, orang-orang negro tidak berhasil menguasai mayoritas anggota perlemen. Di Carolina Selatan, Mississippi dan Louisiana yang lebih dari lima puluh persen penduduknya berkulit hitam, parlemen tetap dikuasai orang kulit putih. Hanya di Carolina Selatan warga kulit hitam menguasai majelis rendah parlemen serta anggota senate. Di negra-negara tersebut tidak terdapat gubernur dan angota badan yugikatif dikuasai oleh warga kulit hitam.

II.4. Akhir Rekontruksi

Setelah rekonstruksi, kebebasan terbesar diperoleh warga kulit hitam dalam bidang agama. Mereka berhasit membangun 10.000 gereja yang keanggotaannya terbatas pada warga kulit hitam. Para menteri dan anggota Kongres kulit hitam bersama mengembangkan sense of independence atau rasa kebebasan serta ketrampilan baru dalam mengembangkan institusi sosial, Orang-orang negro yang pernah dipaksa untuk bergabung dengan Gereja Baptis daw Methodist dan Presbyterian di Selatan selama sistem perbudakan segera menyatakan keluar dari keangotaan gereja tersebut Sekitar 250.000 mantan budak segera bergabung dengan Gereja Methodist Utara yang dipimpin oleh orang-orang kulit putih, 400.000 lainnya bergabung dengan Gereja Methodist Episcoral Afrika, dan sekitar 200.000 lainnya bergabung dengan Gereja Methodist Episcoral Afrika Zion. Sedangkan sebagian besar warga hitam lainnya membentuk gereja tersendiri dalam Gereja Baptis kulit hitam dengan tujuan mengembangkan rasa bangsa sebagai warga kulit hitam dan tidak mau tergantung pada warga kulit put in, sekalipun dalam urusan agama.

Untuk meningkatkan status sosialnya, orang-orang Negro sangat berkepentingan dengan peningkatan kehidupan ekonomi mereka. Namun demikian, mereka masih menghadapi kesulitan modal untuk mendapatkan lahan-lahan pertanian. Cara yang paling praktis untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan menjadi penyewa tanah dari para permlik tanah, yang mungkin bekas pemilik budak, dengan setengah harga. Warga negro yang pernah dipersoalkan hak pilihnya karena tidak memiliki pendidikan yang seimbang dengan warga kulit putih memandang pendidikan merupakan sarana untuk meraih sukses ekonomi dan politik, segera memasuki sekolah-sekolah. Mereka juga mendapat bantuan dari organisasi-organisasi gereja di negara-negara bagian Utara untuk masuk ke universitas.

Walaupun Amandemen Kelimabelas melarang setiap negara bagian mensaratkan hak pilih berdasarkan warna kulit dan kelompok etnis, sebagian warga kulit putih masih memperlakukan warga kulit hitam sebagai warga kelas dua. Antara tahun 1880 dan 1920, melalui Jim Crow Laws, warga kulit hitam masih dihadapkan pada perlakukan kasar dan dicegah untuk menggunakan hak suaranya agar mereka terpisah dari warga kulit putih. Setelah warga negara-negara bagian Utara tidak banyak membantu, warga kulit hitam tetap tidak memperoleh status equal secara hukum dalam hak pilih di negara-negara bagian Selatan sampai tahun 1960-an. Perjuangan untuk menghapuskan sistem kasta kulit putih seperti dituntut oleh Thaddeus Stevens, serta para pemimpin Republikan Radikal dan banyak pemimpin kulit hitam selama rekonstruksi tidak pernah berhasil. Amerika Serikat tetap merupakan negara yang menempatkan supremasi kulit putih atas kulit berwarga, bahkan sampai sekarang.


 

DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/35547306/REKONTRUKSI_AMERIKA_SELATAN_PASCA_PERANG_BUDAK

http://staffnew.uny.ac.id/upload/132309683/pendidikan/Pertemuan+12+(rekonstruksi+negara-negara+Selatan+pasca+Perang+Saudara).pdf

http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._SEJARAH/196110141986011-NANA_SUPRIATNA/Bangsa_Amerika/BAB_VIII._Bangsa_Amerika.pdf

S. Odon Isaskhar. Kebijakan Politik Abraham Linclon Terhadap Pengapusan Perbudakan Di Amerika Serikat(1832-1865).Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta.2018